sdmuh1solo.sch.id – Narasumber sekaligus Anggota LPCR dan PM PP Muhammadiyah 2023, Drs. Ali Muhson,M.Ag.,M.Pd.I.MH.,MM mengatakan Jati diri menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri-ciri, gambaran atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda, bisa juga berarti identitas, inti jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam atau spiritualitas.
Beberapa orang berpendapat bahwa jati diri adalah manifestasi ideologi hidup seseorang. Sifat jati diri dapat muncul sejak kecil dan bisa saja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor lingkungan dan juga sosial.
Berarti jati diri itu:
Identitas
Sifat-sifat
Karakter
Gambaran
Kemampuan
Keadaan khusus
Inti Jiwa
Semangat
Spiritualitas
Daya gerak
Manifestasi iedeologi
Memahami visi pendidikan nasional. Haedar mengingatkan agar para guru tidak abai terhadap karakter dan visi pendidikan nasional yang tercantum secara filosofis dalam Konstitusi (Pasal 31 UUD 1945) sebagai dasar pijakan mendidik generasi muda bangsa.
Memahami peta jalan, konsep dasar, visi, dan filosofi pendidikan Muhammadiyah. Menurut Haedar hal ini perlu dipahami oleh guru Muhammadiyah sebagai bekal menyelenggarakan pendidikan.
Memiliki kompetensi kualitas integritas, moral dan akhlak. Haedar mengingatkan bahwa idealisme guru adalah sebagai teladan para murid. Jadi, kesadaran sebagai uswah hasanah itu harus diikuti dengan perilaku yang membangun karakter para murid.
Memiliki wawasan Keislaman yang luas. Guru Muhammadiyah, apapun mata pelajarannya dipesankan Haedar untuk memahami wawasan keagamaan Muhammadiyah baik Al Islam Kemuhammadiyahan maupun fatwa Majelis Tarjih.
Memiliki wawasan keilmuan. Haedar berpesan agar para guru memiliki pemahaman interkoneksi, yaitu tidak melulu mengetahui disiplin yang dikuasainya saja, tetapi juga mempelajari disiplin lain sehingga memperkaya perspektif.
Memiliki wawasan inklusif. Haedar mengingatkan agar para guru Muhammadiyah berwawasan luas dan memiliki relasi sosial yang terbuka dan cair, baik dalam lingkup keislaman, keumatan, kebangsaan hingga kemanusiaan global.
Profesionalitas. Haedar mengingatkan bahwa para guru harus terus belajar menguasai teknologi dan meningkatkan kualitas daya saing pendidikan Muhammadiyah. Profesionalisme dan keikhlasan menurutnya tidak bisa dipertentangkan, tapi satu kesatuan.
Memiliki kompetensi inovasi. Haedar mendorong para guru Muhammadiyah terus bergerak secara kreatif menghasilkan hal-hal baru yang muncul dari kerja ilmiah ataupun riset.
KODE ETIK GURU MUHAMMADIYAH
(Kepegawaian Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah)
Memiliki kepribadian Muhammadiyah;
Taat terhadap peraturan yang terdapat di persyarikatan dan dinas Muhammadiyah;
Melindungi reputasi persyarikatan Muhammadiyah;
Ikut berkontribusi aktif terhadap kegiatan yang berkaitan dengan persyarikatan;
Bertanggung jawab terhadap tugas yang diemban;
Melaksanakan pekerjaan dengan jujur, cermat, tertib dan semangat;
Memiliki ketaatan terhadap jam kerja;
Membuat suasana pekerjaan yang kondusif dan harmonis;
Memberitahukan hal-hal yang apabila merugikan persyarikatan;
Mempergunakan segala aset yang dimiliki oleh Muhammadiyah dengan tanggungjawabi;
Memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan bidang masing-masing;
Memiliki sikap yang tegas, adil dan bijaksana;
Memberikan bimbingan terhadap bawahan dalam menjalankan tugas
Menjadi suri teladan (uswatun Hasanah) bagi yang lain;
Mampu melakukan peningkatan prestasi dan juga karier;
Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Memakai pakaian yang rapi dan sopan serta memiliki sikap dan perilaku yang santun;
Menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas dari rokok.
5 KRITERIA GURU MUHAMMADIYAH BERKARAKTER DAN HEBAT
(Pahmi,MM- Ketua Pimpinan Pusat Forum Guru Muhammadiyah (PP FGM)
Guru Muhammadiyah memiliki karakter utama yaitu Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Guru yang memiliki karakter Al-Islam dan Kemuhammadiyahan adalah guru yang paham akan hukum-hukum Islam dan juga menguasai dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan Muhammadiyah. Guru Muhammadiyah harus mampu memberikan didikan dan latihan serta keteladanan kepada siswa agar menjadi siswa yang memiliki karakter dan hebat.
Guru Muhammadiyah harus berkemajuan. Maksudnya adalah guru Muhammadiyah harus berkembang dari proses pembelajaran yang konvensional menuju pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan jaman. Guru yang berkemajuan dan hebat akan mampu membawa siswa menjadi siswa yang hebat dan menjadikan sekolah Muhammadiyah yang unggul.
Guru Muhammadiyah harus juga memiliki keunggulan. Karena guru yang berkemajuan juga harus memiliki keunggulan.
Guru Muhammadiyah harus menjadi sejahtera. Hal ini dikarenakan guru yang sejahtera akan mengabdikan dirinya secara maksimal pada sekolah tempat guru tersebut bertugas.
Guru Muhammadiyah dimana pun dan kapan pun harus senantiasa bisa mencerahkan. Maksud mencerahkan adalah guru Muhammadiyah harus bisa menjadi pendidik tidak hanya sekolah tetapi juga pada lingkungan tempat siswa hidup (Aan, 2019).
Menurut Buya Hamka, guru merupakan sosok seseorang yang memiliki tanggung jawab terhadap siswa dalam menyiapkan dan mentransfer ilmu pengetahuan yang luas kepada siswa baik berkaitan dengan akhlak yang mulia, dan juga manfaatnya bagi warga secara luas. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kepribadian yang baik, karena kepribadian yang baik yang dimiliki oleh guru akan menjadi contoh yang akan diteladani oleh siswa. Siswa maupun masyarakat memiliki anggapan bahwa guru merupakan manusia sempurna yang dapat dijadikan teladan. Sehingga guru harus memiliki kepribadian yang baik.
Seorang guru adalah sosok yang menjadi contoh teladan tidak saja bagi siswa, akan tetapi juga menjadi teladan di masyarakat. Dalam kegiatan belajar mengajar guru menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak hanya mempunyai peran sebagai orang dewasa yang mentransfer pengetahuan yang dikuasainya, tetapi memiliki fungsi yang lebih dari itu, seorang guru harus nilai-nilai kepribadian dalam diri siswa serta memiliki kemampuan untuk mendidik siswa menjadi lebih dewasa, mandiri dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan (psikomotorik) peserta didik (Harahap, Sawaluddin, & Nuraini, 2019).
Menurut Ahmad Tafsir, kompetensi kepribadian yaitu suatu kecakapan yang dimiliki oleh seorang guru dan sifat-sifat pribadi yang melekat dalam dirinya, seperti kasih sayang kepada siswa, menghormati ilmu, adil, lemah lembut, konsisten antara perkataan dan perbuatan, rendah hati, menyukai ijtihad dan juga memiliki kesederhanaan.
Sedangkan Menurut Haidar Putra Daulay, kompetensi kepribadian guru mencakup sifat ikhlas, tawadlu`, qonaah, cinta kepada siswa, menjadi teladan bagi siswa, obyektif, dan mempunyai emosi stabil (Ma`arif, 2017).
Kepribadian Guru dalam Perspektif PHI Warga Muhammadiyah
Kepribadian guru Muhammadiyah mencakup:
Memiliki sifat penyayang,
Memiliki akhlak mulia,
Menjadi teladan bagi yang lain (uswatun hasanah),
Memiliki etos kerja Islami,
Memiliki komitmen dalam bekerja. Hal tersebut dalam upaya menciptakan guru Muhammadiyah yang
Memiliki religiusitas dalam menanamkan karakter terhadap siswa.
Memiliki kepribadian yang baik yang akan ditiru oleh siswa.
Guru bersifat Kasih Sayang (Sebagai ‘Ibadurrahman’)
Menurut Muhammad Hasbi Al-Shidieqy dalam (Hernawati, 2016) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Ibad al-rahman adalah hamba-hamba Allah yang mukmin yang memiliki sembilan sifat Ibad al-rahman yaitu hamba-hamba Allah yang berjalan di muka bumi dengan lemah lembut, tenang dan khuduk. Aspek yang berkaitan dengan Ibad al-rahman adalah seorang mukmin yang tidak memiliki sikap sombong dan arogan, ramah dan penyayang serta mampu berteman dengan sesama dengan akrab.